Apa itu temperature mapping?
Temperature mapping alias pemetaan suhu adalah pengukuran suhu
ruangan dalam periode tertentu untuk menentukan titik kritis yang akan
dijadikan titik pemantauan suhu harian. Lokasi yang memerlukan temperature mapping adalah tempat
penyimpanan, baik itu gudang bahan baku, gudang bahan kemas, gudang produk
jadi, tempat penyimpanan retained sample (sampel pertinggal), maupun chamber penyimpanan obat untuk stability study.
Mengapa perlu temperature mapping?
Temperature mapping adalah salah satu bentuk kegiatan pembuktian. Alat
untuk mengukur suhu dan RH ruangan disebut termohigrometer. Termohigrometer digunakan
untuk memantau suhu tempat penyimpanan sehari-hari. Tempat meletakkan
termohigrometer berbeda-beda untuk setiap ruangan. Bahkan untuk dua ruangan
yang ukurannya persis sama pun, lokasi penempatan termohigrometernya bisa
berbeda. Dasar pemilihan lokasi penempatan termohigrometer tersebut adalah
temperature mapping. Saat audit, jika ditanya, “kenapa termohigrometernya
ditempatkan disitu?” tunjukkan saja dokumen temperature
mapping.
Bagaimana cara melakukan temperature
mapping?
Temperature mapping dapat dilakukan dengan 5 langkah mudah berikut
ini.
#1 Penentuan jumlah titik sampling
Alat yang biasa digunakan untuk
mengukur suhu dan RH ruangan adalah thermohygro-logger.
Apa bedanya thermohygro-logger dengan
termohigrometer? Thermohygro-logger
dapat merekam data suhu dan RH sesuai interval waktu yang ditentukan, misalnya
lima menit sekali. Data ini bisa dipindahkan ke komputer. Sementara itu, termohigrometer
tidak dapat merekam data suhu dan RH. Data suhu dan RH harus dilihat dengan mata dan dicatat manual
dengan pulpen dan kertas. Perlu diingat, thermohygro-logger
yang digunakan harus sudah dikalibrasi.
Jumlah titik sampling sangat
ditentukan oleh panjang, lebar, dan tinggi ruangan. Ketentuannya adalah sebagai
berikut.
Panjang ruangan : thermohygro-logger diletakkan setiap
jarak 5 – 10 meter.
Lebar ruangan : ketentuannya sama
dengan ketentuan pada panjang ruangan.
Tinggi ruangan : untuk ruangan
dengan tinggi 3,6 meter atau kurang dari 3,6 meter, thermohygro-logger diletakkan di posisi atas dan bawah (top and bottom). Untuk ruangan dengan
tinggi lebih dari 3,6 meter, thermohygro-logger
diletakkan di posisi atas, tengah, dan bawah (top, middle, and bottom).
Contoh:
Sebuah ruangan berukuran 20 x 11
x 6 m. Maka:
Panjang:
Untuk panjang ruangan 20 m, thermohygro-logger diletakkan tiap 5 –
10 m. Kita ambil jarak terkecil yaitu ada thermohygro-logger
setiap 5 m. Berarti kita butuh 3 thermohygro-logger
untuk 3 titik sampling.
Lebar:
Untuk lebar ruangan 11 m, thermohygro-logger diletakkan tiap 5 –
10 m. Kita ambil jarak terkecil yaitu ada thermohygro-logger
setiap 5 m. Berarti kita butuh 2 thermohygro-logger
untuk 2 titik sampling.
Tinggi:
Untuk tinggi ruangan 6 m, thermohygro-logger diletakkan pada
posisi atas, tengah, dan bawah. Berarti kita butuh 3 thermohygro-logger untuk 3 titik sampling.
Jumlah total titik sampling untuk
ruangan tersebut adalah 3 x 2 x 3 = 18 titik sampling.
#2 Penentuan lokasi sampling
Setelah mengetahui jumlah titik
sampling, langkah berikutnya adalah menentukan lokasi dari titik-titik sampling
tersebut. Penentuan lokasi titik sampling harus memerhatikan hal-hal berikut:
- Bentuk ruangan, apakah segiempat atau segiempat ditambah
persegi panjang.
- Lokasi rak dan pendingin ruangan.
- Penempatan produk. Suhu yang dipantau selama temperature mapping cukup suhu di tempat
dimana produk diletakkan, misalnya di rak. Tidak perlu memantau suhu bagian
ruangan yang tidak digunakan untuk menyimpan produk, misalnya langit-langit
ruangan.
Sebagai contoh,
ruangan pada poin #1 di atas berisi rak setinggi 5 meter dengan panjang 16
meter. Ada 2 buah rak dengan ukuran tersebut yang disusun berbaris di dalam
ruangan. Maka lokasi titik sampling yang sesuai adalah seperti gambar di bawah
ini.
#3 Peletakan thermohygro-logger di lokasi sampling
Thermohygro-logger diletakkan pada lokasi yang telah ditentukan
pada poin #2. Untuk ruangan yang dipengaruhi suhu di luar ruangan seperti
gudang tanpa AC, thermohygro-logger
diletakkan selama 7 – 10 hari. Untuk ruangan yang tidak dipengaruhi suhu di
luar ruangan seperti cold room atau freezer, thermohygro-logger diletakkan selama 1 – 3 hari. Jumlah hari tersebut
bisa saja lebih dari itu, disesuaikan dengan kebutuhan.
#4 Penarikan data dari thermohygro-logger
Setelah thermohygro-logger diletakkan di lokasi sampling selama sekian
hari, pindahkan data suhu dan RH dari thermohygro-logger
ke komputer.
#5 Pembuatan kesimpulan temperature mapping
Berdasarkan data suhu dan RH yang
diperoleh, tentukan titik mana yang mengalami suhu dan RH tertinggi selama
pemantauan. Gunakan titik tersebut untuk meletakkan termohigrometer untuk
pemantauan suhu harian. Dengan catatan, seluruh data suhu dan RH yang diperoleh
memenuhi spesifikasi. Misalnya, untuk gudang suhu kamar, persyaratan suhunya
adalah tidak lebih dari 30 derajat Celcius. Jika ditemukan data suhu lebih dari
30 derajat Celcius, maka temperature
mapping dinyatakan gagal. Harus dilakukan tindakan perbaikan kemudian
dilakukan pula temperature mapping ulang.
Apakah pemantauan harus dengan RH, atau cukup suhu saja?
Tergantung bahan/produk yang
disimpan di dalam ruangan yang akan dilakukan temperature mapping. Beberapa bahan/produk harus disimpan pada RH
terkontrol, misalnya cangkang kapsul. Dalam hal ini, temperature mapping dilakukan dengan memantau suhu dan RH (relative humidity). Jika bahan/produk
yang disimpan di dalam ruangan tidak membutuhkan RH terkontrol, maka RH ruangan
tidak perlu dipantau.
Referensi:
WHO, 2011, Technical supplement
to WHO Technical Report Series No. 961: Temperature mapping of storage areas. Soft file referensi ini dapat didownload
disini.
No comments:
Post a Comment