Saturday, January 2, 2016

Jangan Remehkan Petai!

Banyak orang nggak suka petai karena baunya. Tapi tahukah kamu, ternyata petai memiliki khasiat penambah darah. Bagus untuk dikomsumsi oleh penderita anemia alias kurang darah. Berikut saya bahas secara singkat tentang penelitian yang membuktikan khasiat petai tersebut. Jika kamu tertarik, kamu bisa baca laporan penelitian aslinya disini: BijiPetai.pdf

Jika kamu sedang bingung mencari ide penelitian, kamu bisa gunakan bahan alam lain, lalu lakukan penelitian antianemia dengan metode yang persis sama dengan penelitian berikut ini. Penelitian berikut ini juga masih punya beberapa kelemahan. Si peneliti dengan jujur menuturkan rekomendasi penelitian untuk menutupi kelemahan-kelemahan itu. Nah, lalu kamu bisa melakukan penelitian rekomendasi itu agar peneletian berikut menjadi sempurna. Sederhana bukan?



Petai  (Parkia  speciosa  Hassk)  berpotensi sebagai  antianemia.  Ekstrak  petai  (Parkia  speciosa Hassk)  mengandung  kadar  rata-rata  zat  besi sebesar  118,091±2,215  ppm.  Ekstrak  petai  (Parkia speciosa  Hassk)  mampu  meningkatkan  kadar hemoglobin pada tikus yang menderita anemia.

Pendahuluan

Anemia Gizi Besi (AGB) adalah anemia     yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh,  sehingga   kebutuhan  zat besi   (Fe)   untuk eritropoesis tidak cukup. AGB ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom- mikrositer, kadar besi serum (Serum iron = SI) dantransferin jenuh menurun, Kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity = TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat  kurang   atau   tidak   ada   sama    sekali  (Fairbanks dan Beatler, 1998; Lee et al., 2006). Solusi  untuk  mengatasi  anemia  yang  ada saat  ini  yaitu  dengan  penggunaan  suplemen  yang mengandung  zat  besi.  Suplemen  zat  besi  tersebut mempunyai  efek  samping  jika  digunakan  terus menerus  yaitu  terjadinya  konstipasi  yang  akan berakibat mengganggu selanjutnya kenyamanan dan akan  menyebabkan  hemoroid. Alternatif  lain  adalah  dengan  menggunakan  bahan alam,  salah  satunya  adalah  dari  petai.  Petai  dapat menjadi  solusi  karena  mengandung  zat  besi  yang tidak  hanya  dapat  mengobati  anemia  tetapi  juga tidak  akan  menyebabkan  efek  samping  berupa konstipasi  karena  petai  mengandung  banyak  serat.

Metode Penelitian

Biji  petai  (Parkia  speciosa)  yang dipotong-potong  menjadi  3-4 bagian  secara  melintang dimasukkan  kedalam  oven  untuk dikeringkan  dengan  suhu  60ÂșC  selama  ±2hari. Simplisia  kering diserbuk dengan penggiling ukuran lubang 1,5mm. Rendam dengan etanol  30% (maserasi) perbandingan  1:5 selama  3  hari  dengan  sesekali  diaduk. Remaserasi dengan etanol  30% perbandingan  1:3  selama 2  hari. Filtrat diuapkan menggunakan  penangas  air. Ekstrak  kental  yang  diperoleh dikeringkan dengan alat freeze dryer. Kandungan  zat  besi  di  dalam  ekstrak  diukur dengan metode Atomic Absorption  Spectrophotometry.

Ekstrak  simplisia  biji  petai diujikan  secara  in  vivo  pada hewan  percobaan  yang  telah  diadaptasi  selama 1 minggu.  Sebanyak  27  ekor  tikus  yang  telah dibuat  anemia  dengan  induksi  NaNO2  dosis 187.5mg/kgBB     dibag i  menjadi  6    kelompok. NaNO2  bekerja  dengan  mengubah  kemudian mengoksidasi  ion  Fe2+  (ferro)  dalam  hemoglobin (Hb)  dan  mengubahnya  menjadi  ion  Fe3+  (ferri) sehingga  terjadi  pembentukan  methemoglobin yang  tidak  lagi  mampu  sebagai  pembawa  oksigen ke  jaringan-jaringan.  Tiap kelompok diberi  perlakuan  yang  berbeda selama  14  hari.
Kelompok 1(normal): tidak diberi apapun (kontrol normal)
Kelompok 2 (anemia): Sangobion (kongr positif)
Kelompok 3 (anemia): CMC Na 0,5% + Sampel dosis 400mg/KgBB (dosis 1)
Kelompok 4 (anemia): CMC Na 0,5% + Sampel dosis 550mg/KgBB (dosis 2)
Kelompok 5 (anemia): CMC Na 0,5% + Sampel dosis 700mg/KgBB (dosis 3)
Sampel darah diambil dari hewan uji (Rattus norvegicus) pada setiap kelompok percobaan melalui pembuluh darah vena pada mata dengan menggunakan pipa kapiler. Pengambilan sampel darah dilakukan sebanyak 3 kali, yakni sebelum perlakuan, setelah pemberian senyawa NaNO2 dan setelah perlakuan. Pada setiap pencuplikan, pengujian kadar hemoglobin dalam sampel darah dilakukan dengan menggunakan alat Automated Hematoloy Analyzer. Hasil ini kemudian dihitung secara statistik dan dilakukan pembandingan dengan nilai hemoglobin normal (12,48gr/dl – 14,63gr/dl). Analisis data yang digunakan adalah One Sampel t-Test, Normality Test, dan ANOVA dengan menggunakan program SPSS 17.0 for windows.

Hasil Penelitian

Ekstrak  petai  (Parkia  speciosa Hassk)  mengandung  kadar  rata-rata  zat  besi sebesar  118,091±2,215  ppm. Dari hasil perhitungan statistik, didapatkan bahwa peningkatan kadar hemoglobin pada hewan uji dengan perlakuan berbeda bermakna dengan kontrol normal (p > 0.05).  Sehingga, secara statistik dapat dibuktikan  bahwa  perlakuan  dengan  ekstrak  biji petai  mampu  meningkatkan  kadar  hemoglobin pada  hewan  uji  dibandingkan  dengan  kontrol normal. Tidak  tampak  perbedaan  yang  cukup berarti  diantara  dosis  I,  II  dan  III.  Hal  ini  tercermin pada  uji  ANOVA  yang  mengukur  level  signifikansi diantara  tiap  kelompok  perlakuan.  Secara  angka, dosis  I  (400  mg/KgBB)  memiliki  perubahan  yang paling  besar  apabila  dibandingkan  dengan  dosis  II (550mg/kgBB)  dan  dosis  III  (700mg/kgBB). Namun  secara  statistik,  perbedaan  tersebut  tidak cukup  bermakna  dengan  taraf  kepercayaan  (p  > 0,05),  sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  ketiga dosis  tersebut  memiliki  efek  farmakologis  yang sama.  Hal  ini  berarti  bahwa  tidak  ada  korelasi antara  peningkatan  dosis  ekstrak  dengan  efek farmakologis,  dan  dosis  optimum  diantara  ketiga dosis  tersebut  tidak  dapat  ditentukan.

Karya tulis ilmiah ini dibuat oleh Shella Nursucihta, Hanifah Ataina Thai’in, Denade Mawlidya Putri, Dwijayanti Ngesthi Utami and  Andayana Puspitasari Ghani dengan judul UJI AKTIVITAS ANTIANEMIA EKSTRAK ETANOLIK BIJI Parkia speciosa Hassk. Dimuat di Traditional Medicine Journal (Trad. Med. J.) edisi May 2014 Vol. 19(2) halaman 49-54.

No comments:

Post a Comment