Banyak orang nggak suka petai karena
baunya. Tapi tahukah kamu, ternyata petai memiliki khasiat penambah darah.
Bagus untuk dikomsumsi oleh penderita anemia alias kurang darah. Berikut saya
bahas secara singkat tentang penelitian yang membuktikan khasiat petai
tersebut. Jika kamu tertarik, kamu bisa baca laporan penelitian aslinya disini: BijiPetai.pdf
Jika kamu sedang bingung mencari ide penelitian,
kamu bisa gunakan bahan alam lain, lalu lakukan penelitian antianemia dengan
metode yang persis sama dengan penelitian berikut ini. Penelitian berikut ini
juga masih punya beberapa kelemahan. Si peneliti dengan jujur menuturkan rekomendasi
penelitian untuk menutupi kelemahan-kelemahan itu. Nah, lalu kamu bisa
melakukan penelitian rekomendasi itu agar peneletian berikut menjadi sempurna.
Sederhana bukan?
Petai (Parkia speciosa Hassk) berpotensi sebagai antianemia. Ekstrak petai (Parkia speciosa Hassk) mengandung kadar rata-rata zat besi sebesar 118,091±2,215 ppm. Ekstrak petai (Parkia speciosa Hassk) mampu meningkatkan kadar hemoglobin pada tikus yang menderita anemia.
Pendahuluan
Anemia Gizi Besi (AGB) adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi
dalam tubuh, sehingga kebutuhan
zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup. AGB ditandai
dengan gambaran sel darah merah hipokrom- mikrositer, kadar besi serum (Serum
iron = SI) dantransferin jenuh menurun, Kapasitas ikat besi total (Total Iron
Binding Capacity = TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta
ditempat yang lain sangat kurang atau
tidak ada sama
sekali (Fairbanks dan Beatler,
1998; Lee et al., 2006). Solusi
untuk mengatasi anemia
yang ada saat ini
yaitu dengan penggunaan
suplemen yang mengandung zat
besi. Suplemen zat
besi tersebut mempunyai efek
samping jika digunakan
terus menerus yaitu terjadinya
konstipasi yang akan berakibat mengganggu selanjutnya
kenyamanan dan akan menyebabkan hemoroid. Alternatif lain
adalah dengan menggunakan
bahan alam, salah satunya
adalah dari petai.
Petai dapat menjadi solusi
karena mengandung zat
besi yang tidak hanya
dapat mengobati anemia
tetapi juga tidak akan
menyebabkan efek samping
berupa konstipasi karena petai
mengandung banyak serat.
Metode Penelitian
Biji
petai (Parkia speciosa)
yang dipotong-potong menjadi 3-4 bagian
secara melintang dimasukkan kedalam
oven untuk dikeringkan dengan
suhu 60ÂșC selama
±2hari. Simplisia kering diserbuk
dengan penggiling ukuran lubang 1,5mm. Rendam dengan etanol 30% (maserasi) perbandingan 1:5 selama
3 hari dengan
sesekali diaduk. Remaserasi dengan
etanol 30% perbandingan 1:3
selama 2 hari. Filtrat diuapkan
menggunakan penangas air. Ekstrak
kental yang diperoleh dikeringkan dengan alat freeze
dryer. Kandungan zat besi
di dalam ekstrak
diukur dengan metode Atomic Absorption
Spectrophotometry.
Ekstrak
simplisia biji petai diujikan secara
in vivo pada hewan
percobaan yang telah
diadaptasi selama 1 minggu. Sebanyak
27 ekor tikus
yang telah dibuat anemia
dengan induksi NaNO2
dosis 187.5mg/kgBB dibag
i menjadi 6
kelompok. NaNO2 bekerja dengan
mengubah kemudian
mengoksidasi ion Fe2+
(ferro) dalam hemoglobin (Hb) dan mengubahnya menjadi
ion Fe3+ (ferri) sehingga terjadi
pembentukan methemoglobin
yang tidak lagi
mampu sebagai pembawa
oksigen ke jaringan-jaringan. Tiap kelompok diberi perlakuan
yang berbeda selama 14
hari.
Kelompok 1(normal): tidak diberi apapun
(kontrol normal)
Kelompok 2 (anemia): Sangobion (kongr positif)
Kelompok 3 (anemia): CMC Na 0,5% + Sampel
dosis 400mg/KgBB (dosis 1)
Kelompok 4 (anemia): CMC Na 0,5% + Sampel
dosis 550mg/KgBB (dosis 2)
Kelompok 5 (anemia): CMC Na 0,5% + Sampel dosis
700mg/KgBB (dosis 3)
Sampel darah diambil dari hewan uji (Rattus
norvegicus) pada setiap kelompok percobaan melalui pembuluh darah vena pada
mata dengan menggunakan pipa kapiler. Pengambilan sampel darah dilakukan
sebanyak 3 kali, yakni sebelum perlakuan, setelah pemberian senyawa NaNO2 dan
setelah perlakuan. Pada setiap pencuplikan, pengujian kadar hemoglobin dalam
sampel darah dilakukan dengan menggunakan alat Automated Hematoloy Analyzer.
Hasil ini kemudian dihitung secara statistik dan dilakukan pembandingan dengan
nilai hemoglobin normal (12,48gr/dl – 14,63gr/dl). Analisis data yang digunakan
adalah One Sampel t-Test, Normality Test, dan ANOVA dengan menggunakan program
SPSS 17.0 for windows.
Hasil Penelitian
Ekstrak
petai (Parkia speciosa Hassk) mengandung
kadar rata-rata zat
besi sebesar 118,091±2,215 ppm. Dari hasil perhitungan statistik, didapatkan
bahwa peningkatan kadar hemoglobin pada hewan uji dengan perlakuan berbeda
bermakna dengan kontrol normal (p > 0.05).
Sehingga, secara statistik dapat dibuktikan bahwa
perlakuan dengan ekstrak
biji petai mampu meningkatkan
kadar hemoglobin pada hewan
uji dibandingkan dengan
kontrol normal. Tidak tampak perbedaan
yang cukup berarti diantara
dosis I, II
dan III. Hal
ini tercermin pada uji
ANOVA yang mengukur
level signifikansi diantara tiap
kelompok perlakuan. Secara
angka, dosis I (400
mg/KgBB) memiliki perubahan
yang paling besar apabila
dibandingkan dengan dosis
II (550mg/kgBB) dan dosis
III (700mg/kgBB). Namun secara
statistik, perbedaan tersebut
tidak cukup bermakna dengan
taraf kepercayaan (p
> 0,05), sehingga dapat
dikatakan bahwa ketiga dosis
tersebut memiliki efek
farmakologis yang sama. Hal
ini berarti bahwa
tidak ada korelasi antara peningkatan
dosis ekstrak dengan
efek farmakologis, dan dosis
optimum diantara ketiga dosis
tersebut tidak dapat
ditentukan.
Karya tulis ilmiah ini dibuat oleh Shella
Nursucihta, Hanifah Ataina Thai’in, Denade Mawlidya Putri, Dwijayanti Ngesthi
Utami and Andayana Puspitasari Ghani
dengan judul UJI AKTIVITAS ANTIANEMIA EKSTRAK ETANOLIK BIJI Parkia speciosa
Hassk. Dimuat di Traditional Medicine Journal (Trad. Med. J.) edisi May 2014
Vol. 19(2) halaman 49-54.
No comments:
Post a Comment