Saturday, June 10, 2017

Ada Rencana Menikah, Sulit Cari Kerja?



Banyak perusahaan yang tidak mau menerima karyawan yang akan menikah dalam waktu dekat. Saya mengalami ini sendiri. Saya melamar kerja ke berbagai perusahaan dua bulan sebelum menikah. Mungkin karena saya wanita. Kalau untuk pria, mungkin perusahaan-perusahaan itu akan lebih fleksibel.
Kenapa Perusahaan Tidak Mau Terima Karyawan yang Akan Menikah dalam Waktu Dekat?
 Perusahaan tersebut butuh karyawan yang hadir setiap hari. Mengerjakan semua pekerjaan yang selama ini terbengkalai karena tidak ada karyawan full time yang menanganinya. Sementara orang yang akan menikah, harus diberi cuti tiga hari. Untuk wanita, beberapa waktu kemudian, ia akan hamil. Dalam masa kehamilan, mungkin ia butuh waktu untuk tidak hadir karena harus cek kandungan atau beristirahat. Setelah itu, ia akan melahirkan. Cuti melahirkan harus diberikan selama tiga bulan. Pekerjaan akan kembali terbengkalai. Tentu saja perusahaan tidak mau mengalami kerugian akibat ketidakhadiran si karyawan.
Apa yang Harus Dilakukan?

Jangan sekali-sekali berbohong. Ketika interviewer bertanya kapan akan menikah, katakan dengan jujur. Ketidakjujuran tidak akan pernah berbuah manis. Hasil yang didapat dari pekerjaan juga bisa menjadi tidak berkah. Perusahaan akan merasa tertipu ketika kita tiba-tiba hamil dan melahirkan karena pada saat interview kita mengatakan bahwa kita tidak punya rencana menikah dalam waktu dekat. Katakan apa adanya. Masih ada kok perusahaan yang sangat baik yang mau menerima orang yang hendak menikah dalam waktu dekat. Saya sudah membuktikannya sendiri. Saya diterima di sebuah perusahaan dengan baik. Saya diberikan cuti menikah bahkan dalam surat kontrak saya tertulis ketentuan bahwa saya mendapatkan cuti melahirkan selama tiga bulan. Dengan berusaha di jalan yang baik, dilengkapi dengan berdoa, inshaallah, kita akan mendapat perusahaan yang mau menerima kita apa adanya.

Sumber gambar:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBXIBjGC-ETiYCkLpeBBPIBWu5Jq1_enTgdSGLPTaYZEEUop3M_K2lkDgXYnbu3_6uPXNx-j1I2AD1Bdwe5tiAFw-zgKjQLCC7ld3GB6MvdlrRyr6g5W_p_2sK2tQeLrDL0QfEppbAzA/w1200-h630-p-k-no-nu/Skripsi+Teknik+Industri+ANALISIS+HUBUNGAN+ANTARA+FAKTOR-FAKTOR+YANG+DIGUNAKAN+DALAM+PROSES+REKRUTMEN+TERHADAP+KINERJA+KARYAWAN.png

Proses Rekrutmen Terlalu Cepat, Apakah Mencurigakan?





Oke, disini saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman tidak menyenangkan di dua perusahaan yang berbeda. Pertama di PBF dan kedua di apotek. Keduanya berlokasi di Jakarta.
Saya akan bercerita yang di PBF terlebih dahulu. Jadi PBF ini adalah perusahaan pengimpor produk-produk kecantikan. Proses rekrutmennya sangat amat mudah. Hanya ada satu tahap, yaitu interview dengan General Manager alias si owner. Kebetulan si General Manager-nya suka, maka tahapnya langsung penandatanganan perjanjian kerja masa training. Hanya semudah itu. Tapi ternyata pas mulai bekerja, aku dapat zonk.
Struktur organisasi di perusahaan itu sangat amat tidak jelas. Memang perusahaannya kecil sih, tapi dengan adanya struktur organisasi, pembagian kerja bisa menjadi lebih jelas. Semua orang merangkap sebagai admin. Semua surat dibuat sendirian, tidak ada admin yang membantu. Pembagian kerja juga tidak jelas. Dan sistemnya senioritas. Orang-orang yang telah lama bekerja disana tidak begitu ramah pada anak baru. Bahkan mereka suka menjatuhkan orang lain.
Yang saya rasa kurang sesuai dengan sumpah apoteker yang pernah saya ucapkan adalah bahwa disana ada satu atau beberapa obat impor yang pengurusan NIE-nya tidak jelas apakah sudah diurus atau belum. Untuk membela diri, mereka melakukan penelitian sendiri bahwa obat tersebut aman untuk digunakan. Ya, memang, penggunaan obat harus berdasarkan evidence alias bukti. Jika ada bukti bahwa obat tersebut aman, maka obat tersebut dapat dipastikan aman. Namun menurutku tidak sesederhana itu. Kenapa sih kita harus urus NIE (Nomor Izin Edar)? Dengan adanya NIE, pemerintah dapat melakukan pengawasan terhadap obat tersebut. Ketika ada perintah penarikan, pemerintah dapat mengingatkan jika kita lupa. Jika tidak ada pihak berwenang yang memonitor, tentu tidak ada yang mengingatkan untuk menarik obat berbahaya jika kita tidak tahu akan kebijakan tersebut. Jadi menurutku, menjual obat yang NIE-nya tidak jelas sama saja dengan memberi masyarakat obat yang kita tidak tahu pasti keamanannya.
Lebih parah lagi, si general manager itu sangat amat pemarah. Hal-hal kecil saja dapat membuatnya marah besar. Dan kalau sudah marah, kasarnya minta ampun. Kabarnya, sudah banyak orang yang menempati posisiku sebelum aku. Mereka semua tidak betah bekerja disana dan kabur tanpa mengajukan surat pengunduran diri.
Berikutnya, pengalaman di apotek. Saya pernah melamar kerja di sebuah apotek. Proses rekrutmennya hanya sehari dan saya langsung diterima. Hanya tes kecil dan interview singkat. Ternyata ada udang di balik bakwan. Sama seperti di PBF, saya punya bos yang begitu pemarah. Memang wanita ini sudah tua, mungkin sedang dalam tahap menopause dimana emosi menjadi tidak terkendali. Dan kabarnya, sama seperti di PBF, banyak yang sudah menempati posisi saya sebelum saya, namun mereka tidak tahan dan memilih kabur. Kabur berarti keluar bukan dengan cara baik-baik. Mereka langsung tidak masuk kerja selamanya, tanpa surat pengunduran diri.

Kesimpulannya, mereka melakukan rekrutmen secepat kilat itu karena mereka tidak mau mengeluarkan uang sia-sia. Bayangkan kalau dalam satu tahun ada lima orang yang masuk dan keluar untuk satu posisi. Perusahaan harus membiayai proses MCU dan psikotes untuk kelima orang itu. Sudah mahal, karyawannya tidak awet, jadi tidak perlu dilakukan psikotes dan MCU. Di samping itu, mereka benar-benar membutuhkan karyawan dalam waktu cepat karena banyak pekerjaan yang belum diselesaikan yang harus dikerjakan oleh calon pemegang posisi itu. Jadi, curigalah bila menemukan proses rekrutmen yang, menurut saya, tidak layak. Pertimbangkan untuk menolak dan mencari kesempatan lain yang lebih menyenangkan di luar sana. Percayalah, banyak bos yang lebih baik di luar sana. Saya sudah membuktikannya.

Sumber gambar :
https://lh3.googleusercontent.com/QGGSA0sTzHlTXl_evwJXQQ-G4byA3z3Lgvb5SC3PowqODy7KilGf6rRo-5dZMVrFnGYW=h900

Proses Rekrutmen di PT Novell Pharmaceutical Laboratories



Ini proses rekrutmennya sudah sangat lama. Saya bahkan lupa melamar lewat sebuah situs atau lewat pos. Tapi saya ingat betul posisi yang saya lamar, yaitu Product Executive (PE).
Prosesnya dimulai dari tahap psikotes di Head Office daerah Pos Pengumben. Saya sudah agak lupa isi psikotesnya. Yang paling berkesan adalah Kraeplin/Pauli test. Ya, kita diminta menjumlahkan angka-angka dalam banyak lajur. Namun tidak di kertas, melainkan di komputer. Di kertas saja masih suka blank dan lama, apalagi di komputer. Ditambah lagi mouse-nya agak sulit diatur. Ya sudahlah, saya pasrah.
Tahap berikutnya adalah interview dengan HRD. Saya lupa apakah harus lulus dari tahap psikotes dulu baru bisa ikut interview atau semua yang ikut psikotes bisa ikut interview. Yang jelas, interview dan psikotes dilakukan di hari yang sama.
Saya melakukan kesalahan besar pada tahap interview ini. Saya tidak begitu paham tentang posisi yang saya lamar. Memang sebelumnya saya tidak mempelajarinya dulu sih. Jadi saya tidak percaya diri menjawabnya dan terbata-bata. Bahkan interviewernya sampai mengantuk saat mewawancarai saya.

Benar saja, saya tidak lulus. Tidak apa, masih banyak kesempatan lain untuk memperbaiki diri. Perlu diingat, seluruh proses rekrutmen ini bebas biaya alias gratis.

Sumber gambar : http://traininghrd.org/

Proses Rekrutmen di PT Mersifarma TM




Kali ini saya ingin berbagi pengalaman saat saya mengikuti proses rekrutmen di PT Mersifarma TM. Itu perusahaan farmasi yang memproduksi obat-obat untuk penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti penyakit epilepsi, depresi, dan sebagainya.
Saya mengetahui lowongan ini dari iklan di Jobsdb.com. Saya langsung klik icon Apply pada aplikasi Jobsdb.com di ponsel saya. Kemudian, 7 hari kemudian, pihak HRD PT Mersifarma TM menelepon saya untuk mengikuti tahap seleksi karyawan yang akan diadakan 2 hari kemudian di daerah Pasar Minggu.
Pada tahap seleksi awal, saya diberikan soal-soal psikotes. Soalnya terdiri dari beberapa macam. Ada soal hitungan, soal kemampuan verbal (sinonim/antonim), tes hafalan, dan sebagainya. Setelah mengerjakan soal-soal psikotes, pihak HRD memanggil saya untuk interview. Yang melakukan interview adalah personil HRD. Pertanyaannya seputar karakter diri.
Menurut saya, pada tahap interview dengan HRD, mereka akan melihat sejauh mana saya memahami posisi yang saya lamar. Saya ditanyai bagaimana saya melihat diri saya, apa kelebihan dan kekurangan saya, mengapa saya melamar ke perusahaan tersebut, apa yang saya ketahui tentang perusahaan tersebut, apa yang saya ketahui tentang posisi yang saya lamar, dan sebagainya. Tips dari saya, disini kita harus pintar-pintar “menjual diri”. Jangan mengatakan hal-hal yang bisa membuat mereka meragukan kita. Tapi jangan berbohong juga karena kebohongan kita akan terbongkar semuanya pada tahap psikotes. Jadi jual saja diri Anda secara wajar dan jujur.
Tahap berikutnya adalah interview dengan user, masih di hari yang sama. Kebetulan, usernya sedang ada di tempat jadi interview dilakukan di hari yang sama. Jujur saja, saya belum punya pengalaman untuk menempati posisi yang saya lamar. Untuk menghadapi kondisi semacam ini, tips dari saya adalah kita harus bisa meyakinkan user bahwa kita adalah pembelajar tangguh. Tunjukkan bahwa kita benar-benar punya tekad untuk belajar. Tunjukkan bahwa kita adalah orang yang suka belajar dan mampu belajar dengan cepat. Dengarkan dengan antusias apapun penjelasan yang diberikan oleh user. Kalau perlu, catat. Tindakan ini menunjukkan bahwa kita benar-benar mau belajar. Selesai interview dengan user, saya diperbolehkan pulang.
Tujuh hari kemudian, saya ditelepon lagi untuk tahap selanjutnya. PT Mersifarma TM adalah perusahaan yang sangat hati-hati dalam menyeleksi karyawan. Saya diminta mengikuti psikotes lanjutan. Tidak main-main, psikotes ini dilakukan di sebuah rumah sakit jiwa di daerah Kebayoran, Jakarta Selatan. Psikotesnya juga sangat berbeda dengan psikotes-psikotes yang pernah saya ikuti di perusahaan-perusahaan lain sebelumnya. Diawali dengan mengisi biodata. Seperti biasa, nama, riwayat keluarga, riwayat pekerjaan, riwayat penyakit, dan pertanyaan-pertanyaan semacamnya.
Berikutnya, saya diminta mengerjakan soal-soal. Tipe soalnya beragam.  Mulai dari pengetahuan umum (misalnya nama pejabat publik, kegunaan suatu alat, dan sebagainya), hubungan dua kata, dan lain-lain. Tiap jenis soal diberi waktu yang singkat. Satu dua soal tak sempat saya kerjakan.
Berikutnya tes koran alias Kraeplin/Pauli test. Di tes ini, saya diberikan kertas besar berisi barisan angka-angka. Lalu saya diminta menjumlahkan setiap dua angka dari bawah ke atas. Tiap 30 detik, penguji akan mengatakan “stop” dan kami harus pindah ke baris berikutnya. Pada tahap ini, hasil penjumlahan saya tidak fantastis. Dari satu baris panjang, saya hanya bisa menyelesaikan setengah baris. Pada tes sejenis yang pernah saya ikuti di perusahaan-perusahaan lain, orang lain bisa mengerjakan lebih baik dari saya. Bahkan ada yang bisa mengerjakan satu baris full sebelum penguji memberi aba-aba. Namun, hasil pekerjaan saya konstan. Setelah selesai, saya perhatikan, rata-rata, saya mampu mengerjakan setengah baris. Tidak drastis, maksudnya tidak sebaris penuh, sebaris lain setengah, sebaris lagi penuh, sebaris lagi setengah. Memang, yang ingin dilihat dari tes ini adalah kemampuan kita menghadapi tekanan. Kemampuan kita untuk tetap menghasilkan pekerjaan yang oke di bawah tekanan waktu.
Kemudian, saya juga diminta mengisi soal kepribadian (saya lupa nama tesnya). Pada soal tersebut disediakan dua pernyataan. Saya diminta untuk memilih salah satu pernyataan yang paling menunjukkan sifat saya.
Tes berikutnya mirip-mirip. Saya diberi tiga buah pernyataan. Dari ketiga pernyataan itu, saya diminta untuk memilih satu pernyataan yang paling menggambarkan diri saya dan satu pernyataan yang paling tidak menggambarkan diri saya. Pernyataan yang satu lagi dibiarkan saja tanpa diapa-apakan.
Tes berikutnya, saya diberi satu pernyataan. Saya diminta memberi tanda “v” pada kolom most jika pernyataan tersebut menggambar diri saya atau saya setuju dengan pernyataan tersebut dan memberi tanda “v” pada kolom least jika pertanyaan tersebut tidak menggambarkan diri saya atau saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Berbeda dengan tes sebelumnya, pada tes kali ini, di setiap soal, saya hanya diberi satu pernyataan (sebelumnya saya diberi dua dan tiga pernyataan).
Berikutnya, tes IQ. Tes IQ disini unik karena dilakukan secara LISAN. Ya, lisan, bukan tertulis. Yang mengikuti tes hari itu ada dua orang, termasuk saya. Kami dipanggil satu persatu. Saat giliran saya tiba, saya diberi soal hitungan. Soal diberikan secara lisan. Bayangkan, saya harus menghitung tanpa diberi kertas untuk mencoret-coret. Dan jawaban saya ditunggu. Psikolog pengujinya terus-menerus memandangi timer. Amazing! Beruntung saya dapat menjawab semua soal. Semoga jawaban-jawaban saya benar. Soal berikutnya adalah mengikuti urutan angka yang didiktekan oleh si psikolog. Ia menyebutkan lima sampai enam angka lalu meminta saya menyebut ulang. Terkadang ia meminta saya menyebutkan urutan dari awal ke akhir, terkadang pula ia meminta saya menyebutkan urutan dari akhir ke awal. Di soal-soal ini saya kurang yakin karena agak grogi. Semoga jawaban saya benar. Soal berikutnya adalah mengikuti pola. Saya diberikan enam buah dadu dengan pola berbeda-beda di setiap sisinya. Saya diminta menyusun dadu-dadu tersebut mengikuti gambar pola yang diberikan. Jumlah dadu teru-menerus ditambah sampai (kalau tidak salah 12 dadu). Si psikolog masih memegang timer. Beruntung saya mampu menirukan semua pola dengan baik. Semoga waktu yang ditunjukkan oleh timer untuk setiap durasi pengerjaan soal oleh saya cukup bagus. Kemudian, ia memberi beberapa kartu berisi gambar. Saya diminta mengurutkan gambar-gambar tersebut dan menceritakan urutan gambar tersebut. Saya paling suka soal ini karena saya orang yang suka berimajinasi. Berikutnya, saya diberi puzzle. Saya diminta menyusun kepingan-kepingan puzzle tanpa diberitahu gambar apa yang puzzle itu akan hasilkan. Disini saya cukup lama mengerjakannya. Semoga waktu yang ditunjukkan oleh timer tidak membuat psikolog itu meragukan saya.
Tes menggambar orang dan pohon juga ada. Wartegg test (meneruskan gambar di delapan buah kotak) juga ada. Tips untuk mengerjakan ketiga jenis tes ini ada banyak sekali di dunia maya. Tidak sulit mencarinya.
Tes ini dimulai dari pukul 8 pagi dan baru selesai pukul tiga sore. Tapi tenang, mereka memberi kita makan siang kok. Walau hanya berupa jajanan pasar (bubur sumsum, pastel, dan lemper), but I appreciate that. Sejauh ini, baru kali ini saya diberi makan siang saat mengikuti psikotes. Salut. Untuk ukuran sebuah psikotes, pelayanan rumah sakit jiwa ini sangat diacungi jempol. Dan untuk perusahaan sekelas PT Mersifarma TM, wajar kalau mereka sampai menggunakan jasa rumah sakit jiwa ini hanya untuk psikotes. Perusahaan besar pasti tidak mau mengambil risiko merekrut karyawan yang punya kelainan jiwa.

Perlu diingat, seluruh rangkaian tes ini tidak dipungut biaya sama sekali. Tujuh hari setelah psikotes kedua, saya kembali ditelepon oleh HRD PT Mersifarma. Mereka menyampaikan bahwa saya lolos seleksi.  Alhamdulillah. Mereka meminta saya untuk datang menyelesaikan tahap pemberkasan karyawan.

Sumber gambar: 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyZR9XHcx4wKa0B0rGPbzoOiEAfOSFXBVZwCR1mnOt8LIF0QE3gsJoDgmXwPsOHSIXWDTyTwLTvvbksqS_IvctZhGpBGLy4n34hJxRdZWhcEJ2VncW5Hv5W-ZY9HVNeyarLJPNM_wV33Ds/s1600/index.jpeg

Proses Rekrutmen di PBF



Saya pernah mengikuti proses rekrutmen di PBF sebanyak dua kali. Keduanya mirip, hanya ada tiga tahapan yaitu psikotes, interview HRD, dan interview user.
Soal psikotesnya juga standar, berupa soal hitungan dan soal kemampuan verbal. Interview HRD, seperti biasa, mereka menggali keseriusan kita untuk bergabung dengan perusahaan mereka. Pada interview user, mereka mengetes keahlian kita untuk bekerja sebagai apoteker.
Satu hal yang perlu digarisbawahi, kedua PBF itu memberi syarat penahanan ijazah selama dua tahun. Di perusahaan pertama, saya tidak bisa terima syarat itu karena penahanan ijazah tersebut bagi saya mengindikasikan lingkungan kerja yang kurang baik. Kalau lingkungan kurang baik, otomatis banyak pegawai yang memilih keluar dari perusahaan. Jika ijazah ditahan, pegawai tersebut tidak akan bisa keluar. Namun mereka memberiku pengertian bahwa penahanan ijazah itu berhubungan dengan proses perizinan. Sudah tahu kan, apoteker di PBF harus punya SIKA alias Surat Izin Kerja. Sudah pengurusannya butuh waktu dan biaya, masa apotekernya keluar dari perusahaan seenak jidat. Mereka juga melakukan penyimpanan di tempat yang layak, biasanya di lemari besi yang terkunci. Mereka menjamin tidak akan terjadi kerusakan apapun selama mereka menyimpan ijazah kita.
Di perusahaan kedua, aku sudah bisa mengerti dan mau menerima penahanan ijazah ini. Namun mereka tidak menerima saya. Mungkin karena gaji yang saya harapkan terlalu besar. menurut logika saya saat itu, karena ijazah saya ditahan, saya tidak mungkin bisa melamar ke perusahaan yang mampu memberi gaji lebih tinggi. Maka saya minta gaji tinggi dari awal. Mungkin mereka keberatan.
Perlu diingat, seluruh proses rekrutmen di kedua perusahaan tidak dipungut biaya alias gratis.

Sumber gambar : http://www.outlookafghanistan.net/


Proses Rekrutmen di PT Mahakam Beta Farma




Saya mengetahui informasi lowongan pekerjaan di perusahaan ini dari situs Jobstreet.com. Beberapa hari setelah saya melamar lewat situs tersebut, pihak HRD menelepon saya dan meminta saya datang untuk mengikuti psikotes di head office. Perlu diketahui, head office dan plant terletak di dua gedung yang berbeda. Namun keduanya masih berada di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur.
Untuk isi psikotesnya, saya sudah agak lupa. Sepertinya tidak ada tes menggambar orang, menggambar pohon, dan Wartegg Test. Juga tidak ada Kraeplin/Pauli Test. Tesnya lebih banyak tes mengikuti perintah. Sering disebut Army Alpha Intelegence Test. Ada lingkaran, segiempat, di dalam keduanya ada angka-angka. Lalu kita diminta melakukan perintah, misalnya coret angka ganjil dalam lingkaran. Semacam itu.
Beberapa waktu kemudian, saya mendapat telepon lagi dari HRD. Saya diminta untuk mengikuti tahap interview dengan user. Tempatnya di plant. Seperti biasa, pertanyaan seputar teknis pekerjaan. Untung sudah belajar sebelumnya.
Beberapa waktu kemudian lagi, HRD menelepon lagi. Saya diminta melakukan MCU di daerah Rawamangun. Sehari sebelum melakukan MCU, saya diminta datang ke bagian HRD di Head Office untuk mengambil wadah tabung plastik kecil bertutup putih. wadah itu digunakan untuk menampung tinja. Jadi keesokan harinya saya datang ke tempat MCU sambil membawa sampel tinja.

Beberapa waktu kemudian, saya ditelepon lagi dan dinyatakan diterima bekerja disana. Perlu diingat, seluruh proses rekrutmen ini bebas biaya alias gratis.

Sumber Gambar : http://hrdlokal.com/

Proses Rekrutmen di PT Kimia Farma



Kebetulan di dekat rumah saya ada apotek Kimia Farma. Jaraknya tidak sampai 100 meter. Dapat ditempuh dengan jalan kaki selama 5 menit dari rumah. Iseng, saya datang ke apotek membawa surat lamaran dan CV. Saya diminta ke lantai 2 untuk menyerahkan langsung ke bagian HRD.
Besoknya, saya ditelepon oleh apotek Kimia Farma, diminta datang keesokan harinya untuk tes dan interview.
Tesnya berupa kemampuan baca resep, skrining resep, seven star pharmacist, dan kemampuan teknis perapotekan lainnya. Setelah itu, ada tahap interview dengan HRD. Dites kemampuan bahasa Inggris juga. Berhubung tesnya sudah lama, saya lupa waktu itu ada psikotes atau tidak. Sepertinya sih tidak ada.

Hanya sesimpel itu. Perlu diingat, seluruh rangkaian tes ini tidak dipungut biaya sama sekali. Dua hari kemudian, saya ditelepon dan alhamdulillah dinyatakan diterima. Saya ditugaskan di apotek dekat rumah saya itu. Ada kemungkinan saya dipindahtugaskan, tapi masih di seputar Jakarta. Memang sesimpel itu proses rekrutmen PT Kimia Farma untuk karyawan regional. Berbeda dengan proses rekrtutmen untuk karyawan pusat. Statusnya juga berbeda. Karyawan pusat dapat diangkat menjadi karyawan tetap dalam waktu tiga tahun. Sementara untuk karyawan regional, pengangkatan menjadi karyawan tetap cukup sulit. Rekan saya ada yang sudah bekerja selama enam tahun tapi belum juga diangkat menjadi karyawan tetap. Ya, ada plus minusnya lah ya.

Sumber gambar: http://thamrinusman.untan.ac.id/